Kamis, 13 Juni 2013

Hadiah Untuk Ayah dan Ibu

 Kisah berikut ini sangat menyentuh perasaan, dikutip dari buku "Gifts From The Heart for Women" karangan Karen Kingsbury.
 
Di sebuah kota di California , tinggal seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun yang bernama Luke. Luke gemar bermain bisbol. Ia bermain pada sebuah tim bisbol di kotanya yang bernama Little League.
Luke bukanlah seorang pemain yang hebat. Pada setiap pertandingan, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kursi pemain cadangan. Akan tetapi, ibunya selalu hadir di setiap pertandingan untuk bersorak dan memberikan semangat saat Luke dapat memukul bola maupun tidak.
Kehidupan Sherri Collins, ibu Luke, sangat tidak mudah. Ia menikah dengan kekasih hatinya saat masih kuliah. Kehidupan mereka berdua setelah pernikahan berjalan seperti cerita dalam buku-buku roman. Namun, keadaan itu hanya berlangsung sampai pada musim dingin saat Luke berusia tiga tahun. Pada musim dingin, di jalan yang berlapis es, suami Sherri meninggal karena mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan. Saat itu, ia dalam perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktu yang biasa dilakukannya pada malam hari.
"Aku tidak akan menikah lagi," kata Sherri kepada ibunya. "Tidak ada yang dapat mencintaiku seperti dia".
"Kau tidak perlu menyakinkanku," sahut ibunya sambil tersenyum. Wanita tua itu, Ibu Sherri, adalah seorang janda dan selalu memberikan nasihat yang dapat membuat Sherri merasa nyaman. 
 
Inilah nasihat ibunya kepada Sherri, "Dalam hidup ini, ada seseorang yang hanya memiliki satu orang saja yang sangat istimewa bagi dirinya dan tidak ingin terpisahkan untuk selama-lamanya. Namun jika salah satu dari mereka pergi, akan lebih baik bagi yang ditinggalkan untuk tetap sendiri daripada ia memaksakan mencari penggantinya."

Sherri sangat bersyukur bahwa ia tidak sendirian.Ibunya pindah untuk tinggal bersamanya. Bersama-sama, mereka berdua merawat Luke. Apapun masalah yg dihadapi anaknya, Sherri selalu memberikan dukungan sehingga Luke akan selalu bersikap optimis. Setelah Luke kehilangan seorang ayah, ibunya juga selalu berusaha menjadi seorang ayah bagi Luke.
Pertandingan demi pertandingan, minggu demi minggu, Sherri selalu datang dan bersorak-sorai untuk memberikan dukungan kepada Luke, meskipun ia hanya bermain beberapa menit saja.
Pada suatu hari, tidak seperti biasanya, kali ini Luke datang ke pertandingan seorang diri. Ia segera menghampiri pelatihnya dan berkata,  "Pelatih, bisakah aku bermain dalam pertandingan ini sekarang? Ini sangat penting bagiku. Aku mohon ...."
Pelatih mempertimbangkan keinginan Luke. Dalam beberapa latihan, Luke masih kurang dapat bekerja sama antar pemain. Namun dalam pertandingan sebelumnya, Luke berhasil memukul bola dan mengayunkan tongkatnya searah dengan arah datangnya bola.
Tetapi dalam beberapa latihan terakhir ini Luke tampak berlatih ekstra keras.  Pelatih kagum tentang kesabaran dan sportivitas Luke. 
 
Akhirnya pelatih memutuskan mengiyakan permintaan Luke.
"Tentu, kamu dapat bermain hari ini," jawabnya sambil mengangkat bahu, kemudian ditariknya topi merah Luke. "
Sekarang, lakukan pemanasan dahulu !"
Hati Luke bergetar saat ia diperbolehkan untuk bermain.
Sore itu, ia bermain dengan sepenuh hatinya. Ia berhasil melakukan home run dan mencetak dua single. Ia pun berhasil menangkap bola yang sedang melayang sehingga membuat timnya berhasil memenangkan pertandingan. Tentu saja pelatih sangat kagum melihatnya. Ia belum pernah melihat Luke bermain sebaik itu.
 
Setelah pertandingan, pelatih menarik Luke ke pinggir lapangan.
"Pertandingan yang sangat mengagumkan," katanya kepada Luke. "Aku tidak pernah melihatmu bermain sebaik sekarang ini sebelumnya. Apa yang membuatmu jadi begini?"
Luke tersenyum dan pelatih melihat kedua mata anak itu mulai penuh oleh air mata kebahagiaan. Luke menangis tersedu-sedu. Sambil sesunggukan, ia berkata "Pelatih, ayahku sudah lama sekali meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Ibuku sangat sedih. Ia buta dan tidak dapat berjalan dengan baik, akibat kecelakaan itu. Minggu lalu,......Ibuku meninggal." Luke kembali menangis
.
Kemudian Luke menghapus air matanya, dan melanjutkan ceritanya dengan terbata-bata, "Hari ini ......., hari ini adalah pertama kalinya kedua orangtuaku dari surga datang pada pertandingan ini untuk bersama-sama melihatku bermain. Dan tentu saja aku tidak akan mengecewakan mereka.......". Luke kembali menangis terisak-isak.
Sang pelatih terhenyak dan tak dapat berkata-kata.  Tetapi hatinya berkata bahwa ia sangat bersyukur sudah membuat keputusan yang tepat, dengan mengizinkan Luke bermain sebagai pemain utama hari ini. Sang pelatih yang berkepribadian sekuat baja, namun kali ini ia hanya mampu tertegun. Ia tidak mampu mengucapkan sepatah katapun untuk menenangkan Luke yang masih menangis. Tiba-tiba, "baja" itu pun meleleh. Sang pelatih tidak mampu menahan perasaannya sendiri, air mata mengalir dari kedua matanya, bukan sebagai seorang pelatih, tetapi sebagai seorang anak.
Sang pelatih sangat tergugah dengan cerita Luke, ia sadar bahwa dalam hal ini, ia belajar banyak dari Luke. Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan orang tuanya, walaupun ayah dan ibunya sudah pergi untuk selamanya. 
Luke baru saja kehilangan seorang Ibu yang begitu mencintainya. Sang pelatih sadar, bahwa ia beruntung ayah dan ibunya masih ada. Mulai saat itu, ia berusaha melakukan yang terbaik untuk kedua orangtuanya, membahagiakan mereka, membagikan lebih banyak cinta dan kasih untuk mereka.  Dia menyadari bahwa waktu sangat berharga, atau ia akan menyesal seumur hidupnya.

Refleksi Diri :

Kita dapat belajar untuk memiliki hati seperti Luke yang masih berusia 7 tahun.  Betapa ia mencintai kedua orangtuanya, meski ia tidak pernah mengenal dengan baik ayahnya yang sudah meninggal sejak ia masih kecil. Ia ingin mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orangtua yang dicintainya.
Banyak cara yg bisa kita lakukan untuk memberikan yang terbaik bagi ayah dan ibu, mengisi hari-hari mereka dengan kebahagiaan. Sisihkan lebih banyak waktu untuk mereka. Raihlah prestasi dan hadapi tantangan seberat apapun, melalui cara-cara yang jujur untuk membuat mereka bangga terhadap kita. Dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan tak terpuji, yang membuat mereka malu.
Kepedulian kita pada mereka adalah salah satu kebahagiaan mereka yang terbesar. Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha melakukan yang terbaik untuk
membahagiakan ayah dan ibunya.
Bagaimana dengan Anda dan Saya ?
Berapakah usia Kita saat ini ? Berapa usia orangtua Kita saat ini ?
Apakah Kita masih memiliki kesempatan tersebut ? Atau kesempatan itu sudah hilang untuk selamanya........?

Berbuatlah sekarang. Jangan tunggu nanti atau besok !!