Rabu, 18 Desember 2013

Perdamaian

Ini adalah sebuah kisah yang diceritakan oleh Arun Gandhi, cucu dari Mohandas Karamchan Gandhi atau yang lebih dikenal dengan Mahatma Gandhi.  Saya mencoba menterjemahkannya dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan membuatnya lebih menarik untuk dibaca, tetapi tanpa menghilangkan esensi dari makna yang ingin disampaikan oleh kisah ini yang sudah berlangsung turun-temurun.



Inilah kisah Arun Gandhi……

Dulu, Kakek suka menceritakan kepada kami sebuah cerita kuno tentang seorang raja India yang terobsesi untuk menemukan makna dari kedamaian

Apakah damai itu ?
Bagaimana kita dapat memperolehnya ?
Apa yang harus kita lakukan ketika kita telah menemukan damai itu?

Semua pertanyaan-pertanyaan itu menggangu pikiran sang Raja. 
Kemudian sang Raja menawarkan hadiah yang menarik kepada orang-orang pintar di seluruh penjuru negeri, yang akan diberikan kepada siapa saja yang dapat menjawab semua pertanyaannya tersebut.
 
Berbondong-bondong orang pintar dari seluruh negeri datang mencoba, tetapi belum seorang pun yang berhasil menjawabnya.  Hingga pada suatu waktu, seseorang penasihat raja menyarankan agar raja berkonsultasi kepada seorang bijak yang tinggal tidak jauh dari perbatasan kerajaan. 

“Ia adalah seorang tua yang sangat bijaksana.  Orang lain tidak dapat menjawab pertanyaan raja, tetap ia akan dapat menjawab semua pertanyaan Raja itu”demikian penasihat raja berkata.

Raja pun pergi menemui Orang Bijak tersebut dan menyampaikan semua pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya selama ini.
Tanpa berkata sepatah kata pun, Orang Bijak itu masuk ke dalam dapurnya dan membawa segenggam biji gandum dan memberikannya kepada raja. 
“Engkau akan menemukan jawabannya di dalam biji gandum ini, “ kata Orang Bijak itu sambil meletakkan biji gandum itu ke telapak tangan sang Raja. 

Meskipun sang Raja masih bingung, tidak mengerti akan maksud si Orang Bijak, tetapi tidak ingin mengakui ketidakpahamaannya.  Raja pulang kembali ke istana dengan membawa biji gandum di dalam tangannya itu.

Sesampainya di istana, sang Raja menempatkan gandum berharga itu di dalam sebuah kotak emas yang kecil, menguncinya dan menempatkan kotak itu di tempat yang aman.   Setiap hari, segera setelah bangun, sang Raja akan membuka kotak tersebut dan melihat biji-biji gandum yang ada di dalamnya.  Ia mencoba mencari jawaban, tetapi tidak berhasil menemukan apa pun.   

Beberapa minggu kemudian, Orang Bijak yang lain lagi melewati tempat itu, berhenti untuk menemui sang Raja. 

Sang Raja bercerita tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya, yang membutuhkan jawaban.  Sang Raja juga bercerita bahwa alih-alih mendapatkan jawaban, malah kepadanya diberikan beberapa butir biji gandum.  Setiap pagi ia mencari jawaban dari biji-biji gandum yang diberikan oleh Orang Bijaksana itu kepadanya, namun tak kunjung ia dapatkan maknanya. 

“Sederhana sekali, Yang Mulia”, kata Orang Bijak tersebut.
“Sama seperti biji gandum ini merupakan makanan bagi tubuh kita, demikian juga kedamaian merupakan makanan bagi jiwa kita.”

“Sekarang, jika Raja menyimpan biji gandum itu tertutup dan terkunci rapat di dalam kotak emas, maka suatu saat akan hancur begitu saja. Biji gandum itu tidak lagi dapat menjalankan fungsinya sebagai makanan, dan tidak dapat bertambah banyak.  Akan tetapi, jika biji gandum itu diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan elemen-elemen seperti cahaya, air, udara, tanah, maka biji gandum akan berkembang dan bertambah banyak, dan suatu saat Raja akan memiliki sebidang ladang gandum yang hasilnya tidak hanya dapat memberi makan Raja seorang, tetapi banyak orang. Inilah arti perdamaian.  Perdamaian tidak hanya dapat memberi makan kepada jiwa kita saja, tetapi juga jiwa banyak orang, dan harus bermultiplikasi dengan adanya interaksi elemen-elemen.”

-----