Sabtu, 12 Desember 2015

Bola Kehidupan

Bryan Dyson, mantan eksekutif Coca Cola pernah menyampaikan pidato yang sangat menarik. 

Pidato Bryan Dyson : -----------------------------------------

Bayangkan hidup seperti pemain akrobat dengan lima bola di udara.  Anda dapat memberi nama kepada bola-bola tersebut dengan sebutan :
* Pekerjaan
* Keluarga
* Kesehatan
* Sahabat
* Semangat

Sebagai pemain akrobat yang baik, Anda harus dapat menjaga semua bola tersebut tetap berada di udara dan jangan sampai ada satu pun yang terjatuh. 
Kalau Anda mengalami situasi yang mengharuskan untuk melepaskan salah satu dari antara lima bola tersebut, maka lepaskanlah bola PEKERJAAN, karena bola itu adalah BOLA KARET.  Pada saat Anda menjatuhkannya, maka suatu saat bola itu akan melambung kembali. 

Akan tetapi, empat bola lainnya, KELUARGA, KESEHATAN, SAHABAT dan SEMANGAT adalah BOLA KACA.  Jika sampai terjatuh, maka akibatnya akan fatal, PECAH. 

Demikianlah pidato Bryan Dyson ........................................................

Bryan Dyson mengajak kita untuk menyeimbangkan kehidupan kita. 
Pada kenyataannya, kita lebih menjaga BOLA KARET (PEKERJAAN) dibanding BOLA KACA.  Kita bahkan mengorbankan KELUARGA, KESEHATAN, SAHABAT dan SEMANGAT demi menyelamatkan PEKERJAAN.

Demi uang, meraih sukses dalam karir, kita menjadi workaholic dan mengabaikan keluarga dan kesehatan.  Kita juga rela menghancurkan hubungan baik dengan sahabat yang telah terbina bertahun-tahun.

Ingatlah, PEKERJAAN yang sempat hilang, akan dapat kita cari lagi bila kita mau berusaha sungguh-sungguh mengupayakannya. Akan tetapi, jika sampai kehilangan, KELUARGA, KESEHATAN, SAHABAT dan SEMANGAT, kita tidak dapat (sangat sulit sekali) untuk mendapatkannya kembali, dan hancurlah kehidupan kita.  

Berani Berubah - Belajar dari Nokia

Pada konperensi pers yang diadakan untuk mengumumkan secara resmi mundurnya Nokia dari panggung bisnis perangkat telekomunikasi dan menyampaikan bahwa Nokia telah diakuisisi Microsof, CEO Nokia saat itu, Jorma Ollila menyampaikan pernyataan terakhirnya, "Kami (Nokia) tidak melakukan sesuatu kesalahan, tetapi saya tidak mengerti mengapa kami (Nokia) kalah."
Ia tidak dapat menahan air matanya. Juga eksekutif Nokia lainnya tidak tahan untuk tidak menitikkan air mata. 

Selama puluhan tahun Nokia berjaya dan menjadi perusahaan yang mengagumkan karena mampu menguasai bisnis perangkat telekomunikasi dunia.  Nokia sudah menorehkan kejayaan dalam sejarah, tetapi mengapa tidak dapat bertahan ?
Nokia mungkin tidak melakukan kesalahan yang membuatnya kalah, tetapi Nokia tidak dapat menyesuaikan terhadap perubahan dunia yang sangat cepat.  Terlena dalam kejayaannya, Nokia tidak belajar dari sekelilingnya.  Pemain-pemain baru masuk dengan menawarkan inovasi-inovasi baru yang segar dan menarik.  Konsumen berubah cara pandang, berubah gaya hidup, berubah kebutuhan. Dunia berubah sangat cepat, sementara Nokia tidak dapat berlari mengejar. Tidak mampu berubah cepat mengikuti tuntutan jaman, akhirnya kehilangan banyak kesempatan.  Kehilangan kesempatan untuk memenangkan hati konsumen, kehilangan kesempatan untuk menghasilkan keuntungan besar, dan akhirnya kehilangan kesempatan untuk mampu bertahan dalam perang bisnis perangkat telekomunikasi.  Sisa-sisa kejayaan Nokia masih melekat dalam benak generasi lama, sementara generasi muda sekarang ini tidak lagi mengenal Nokia. 

Perenungan........

Setiap orang suka atau tidak, sesungguhnya pasti mengalami perubahan dalam hidupnya.  Dari bayi yang hanya dapat menangis bertumbuh menjadi anak, kemudian mengalami masa pubertas remaja, beranjak dewasa, menikah, memiliki anak, menjadi tua dan akhirnya kembali menghadap Sang Pencipta.  Sesungguhnya Tuhan mengaruniakan kepada setiap orang naluri alamiah dan kemampuan untuk segera beradaptasi terhadap perubahan. Jadi, sesungguhnya tidak alasan bagi kita untuk takut akan perubahan.  

Anak bayi dan anak yang masih kecil cenderung lebih mudah untuk beradaptasi terhadap perubahan karena ia masih lebih mengandalkan naluri alamiahnya.  Semakin bertambah umur, logika dan pikiran membuat orang lebih sulit berubah. 
Terkadang, semakin pintar seseorang semakin sulit untuk berubah, karena semakin banyak yang dipertimbangkan.  Logika berpikir terkadang memunculkan perasaan kuatir dan takut, sehingga enggan berubah karena tidak ingin keluar dari zona nyaman atau tidak berani mengambil resiko yang mungkin akan timbul, 

Berani berubah terkadang sangat dekat sekali dengan nekad.  Tetapi seharusnya tidak demikian.  Berani berubah berarti berani untuk mengambil kesempatan meski ada resiko yang akan timbul.

Berani berubah tidak hanya semata melihat diri sendiri, tetapi juga melihat perkembangan sekitar, sadar lingkungan.