Tuhan Menjawab Doa Bahkan Sebelum Kita (sempat) Berdoa - 2
Cerita ini adalah cerita untuk peristiwa kedua yang dialami penulis dengan judul yang sama. Cerita ini saya dapatkan dari teman yang mendapatkannya dari temannya yang juga mendapatkannya dari temannya lagi.....
Beberapa waktu lalu, adik saya terkena usus buntu. Ia sudah merasakan itu sejak dua minggu sebelumnya, namun tidak pernah mengeluhkan tentang sakitnya itu. Hingga pada hari minggu ia menderita kesakitan, dan didiagnosa penyakit maag nya kambuh kembali. Senin esoknya penyakitnya makin parah, dan kami memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit saja.
Mau ke rumah sakit mana, RS A atau RS R ?
Saya memikirkan dua alternatif itu. R lebih dekat ke rumah tapi A memiliki reputasi yang lebih bagus. Saya tidak bisa memilih dan manusia lama saya masih berpikir untuk mengandalkan logika, sampai untunglah saya teringat untuk meminta petunjuk pada Tuhan. Saya tidak masuk ke dalam kamar menutup pintu dan berlutut berdoa, karena itu belum jadi kebiasaan saya, namun saya mengucapkannya dalam hati sambil beraktivitas.. ("Tuhan, bantu saya memilih rumah sakit A atau R?")
Saya bahkan tidak punya gambaran bagaimana Tuhan akan menjawabnya. Yang pasti saya yakin bukanlah berupa suara mengguruh disertai halilintar menyambar, "AAA !!!"
Atau e-mail yang tiba-tiba muncul, atau sms nyasar..
Namun jawaban NYA ternyata cepat, bahkan tidak sampai dalam satu jam.
Bagaimana?
Bagaimana Ia menjawab? IA menjawab dengan menanamkan keyakinan penuh pada hati saya untuk memilih rumah sakit R.
Kenapa bukan berupa sesuatu yang ajaib? Kenapa bukan berupa sesuatu yang menakjubkan?
Tapi memang begitulah terkadang Tuhan berbicara, manusiawi dan lembut. Mari kita belajar untuk mendengar suara NYA.
Sore itu saya belajar mendengar suaraNYA. Pilihan yang semula 50% - 50% menjadi 80% - 20%, namun itu sudah cukup untuk saya. Kami pun menunggu suami saya pulang yang akan mengantarkan kami ke rumah sakit R.
Setengah delapan, setengah sembilan....suami saya belum datang juga.
Jam enam sore tadi, saat kami berbicara melalui telepon, ia mengatakan sedang dalam perjalanan menuju rumah dosennya. Saya memperkirakan ia tiba di rumah jam tujuh. Tapi sekarang sudah hampir setengah sembilan. Suami saya sudah di akhir skripsi, dan itu berarti pertemuan dengan dosennya tidak mungkin selama itu.
Akhirnya ia tiba juga jam setengah sembilan lebih. Ia bercerita ada dua mahasiswa yang mengambil kelas malam juga, tengah berkonsultasi dengan dosen tersebut, dan mereka kemudian mengobrol tentang hal-hal biasa lama sekali. Saat giliran suami saya, dosen tersebut cuma memerlukan waktu sepuluh menit untuk melakukan ACC dan pertemuan itu berakhir. Tapi suami saya sudah menunggu lebih dari dua jam, yang berarti kepergian kami ke rumah sakit juga tertunda lebih dari dua jam !
Percayakah Anda bahwa IA mengatur segala sesuatu indah pada waktu NYA?
Semula saya tidak terlalu percaya, tapi pengalaman saya membuat saya sekarang percaya.
Adik saya sudah sangat kesakitan di rumah. Bergerak sedikit saja ia mengerang dan merintih. Entah kenapa sama sekali tidak terlintas di pikiran saya untuk memanggil taksi, atau meminta bantuan tetangga atau saudara. Adik saya mengatakan ia takut usus buntunya sudah pecah, kalau memang itu usus buntu. Saya mengatakan padanya berdoa saja.
Kami pun tiba di UGD rumah sakit jam setengah sepuluh malam. Dan seperti dugaan saya sebelumnya memang penyakit yang diderita adik saya adalah usus buntu.
“Dan ini harus segera ditangani, ada dokter yang sedang mengoperasi pasien usus buntu juga di atas, Anda mau langsung dioperasi malam ini?” demikian petugas di UGD menyampaikan kepada kami.
Tentu saja, adik saya sudah sangat kesakitan seperti itu. Ibu dan ayah saya mengurus pengambilan sample darah untuk memastikan diagnosa dokter UGD itu. Suami saya menelepon perusahaan asuransi, sementara saya menunggu adik saya di ruang darurat UGD yang dibatasi tirai-tirai.
“Kita berdoa yuk..” aku mengajak.
Doa yang jauh dari sempurna, kami panjatkan malam itu. Kami berdoa agar Tuhan memilihkan dokter untuk kami, agar Tuhan ikut campur tangan dalam operasi itu.
Operasi pun dilakukan. Jam satu malam, dokter keluar dari ruang operasi untuk memperlihatkan usus buntu yang berhasil ia potong.
“Kenapa baru sekarang datang?” dokter itu sedikit marah. “Usus buntunya sudah lama pecah, dan sudah bernanah ke mana-mana, sampai-sampai yang baru kami ambil saja sudah 50 cc!”
Kami terbengong dan ternganga.
Ketika operasi selesai dan dokter itu keluar dengan pakaian biasa, ia berkata adik saya masuk ICU. Meremang rasanya tubuh ini. Saya mengira ini cuma operasi usus buntu biasa, tapi nyatanya adik saya sekarang di ICU dengan tiga selang dipasang dalam perutnya.
Kami menunggu mondar-mandir di ICU tengah malam itu, memperhatikan foto-foto para dokter yang ada di rumah sakit itu.
Ternyata, dokter yang melakukan operasi tadi, yang memarahi kami tadi, adalah direktur rumah sakit ini ! Dokter itu mempunyai deretan gelar yang banyak sekali di belakang namanya. Ia orang yang pintar sekali yang bahkan pernah melakukan operasi dengan dokter asing di luar negeri. Dan kami bahkan sebelumnya tidak tahu namanya, kami bahkan tidak pernah meminta ingin dioperasi oleh dokter itu.
“Oh ya, ia dokter terkenal..” tante saya mengatakannya pada saat ia tahu siapa yang melakukan operasi itu.
“Oh ya, ia biasanya praktek setelah jam sembilan malam..” om saya mengatakannya pada saat ia tahu siapa yang melakukan operasi itu.
Apakah Anda merinding? Saya juga.
Tuhan telah menjawab doa bahkan jauh sebelum doa itu diucapkan naik ke hadirat Nya. Ia sudah menyediakan jauh sebelum segala peristiwa terjadi. Percakapan dua mahasiswa kelas malam itu dengan dosen, yang cuma berbicara tentang basa-basi. Apakah itu ada tujuan Nya? Oh ya. Menurut Anda, kalau suami saya tiba jam tujuh dan kami sampai rumah sakit lebih awal, apakah mungkin dokter yang melakukan operasi adalah dokter lain, yang mungkin saja terkejut dengan kondisi adik saya yang usus buntunya sudah pecah dan nanah mengalir ke mana-mana ? Adik saya bisa saja meninggal.
Anda tahu ucapan direktur rumah sakit itu pada siang hari setelah adik saya sadar di ICU? Ia bilang, “..kamu ini paling menyusahkan operasi !”
Seorang direktur rumah sakit besar dengan deretan gelar di belakangnya, dan pernah melakukan operasi dengan dokter asing di luar negeri mengatakan itu operasi yang sulit!
Bukankah pekerjaan Tuhan sangat luar biasa?
Pada saat saya bertanya pada Nya, rumah sakit A atau R, ya Tuhan? Ia menjawab, R saja, Aku memilihkan yang terbaik untukmu. Kusediakan ia di sana, sedang melakukan operasi usus buntu juga, karena cuma ia yang bisa melakukan operasi yang sulit ini. Tapi jangan datang terlalu cepat, nanti kau diberikan pada dokter lain. Datanglah tepat pada waktu Ku. Segala sesuatu indah pada waktu Ku.
Dan malam itu di UGD, saya berdoa dengan adik saya, pilihkan dokter untuk kami, Tuhan, campur tangan dalam operasi ini, ya Tuhan.
Anda tahu, saya membayangkan saat itu Tuhan tersenyum.
"Anakku, Aku sudah memilihkan dokter untukmu jauh sebelum kau meminta padaKu, Aku sudah turut campur dalam segala sesuatunya untuk mengantarmu tepat pada waktu Ku.
Ya. Ia menjawab doa, bahkan sebelum kita (sempat) berdoa.