Kamis, 24 Agustus 2017

Dalam Genggaman Tangan

Cerita dari sumber anonymous. Seorang gadis kecil sedang berjalan-jalan bersama ayahnya. Ketika akan melewati sebuah jembatan di atas sungai yag alirannya sangat deras, sang ayah takut bila putrinya akan terjatuh, maka ia berkata kepada sang putri "Sayang, pegang tangan Papa erat-erat ya, supaya kamu tidak jatuh ke sungai." Gadis kecil berkata, "Jangan, Papa saja yang menggenggam tanganku." "Apa bedanya, sayang ?" tanya sang ayah. "Berbeda sekali, Pa. Kalau aku yang memegang tangan papa, kalau ada sesuatu terjadi padaku, besar sekali kemungkinannya aku akan melepaskan genggamanku. Tetapi kalau Papa yang memegang tanganku, pasti Papa tidak akan membiarkan tanganku terlepas dari genggaman Papa. -------- PERENUNGAN Kehidupan kita penuh dengan banyak tantangan, seperti air yang mengalir dengan deras, sekali kita terjatuh akan terhanyut terbawa arus kehidupan. Ke dalam genggaman tangan siapa kita percayakan kehidupan kita ? DIA, Tuhan yang menciptakan kita, yang memiliki hidup kita adalah "TANGAN" yang seharusnya kita percaya untuk menggenggam tangan kita. DIA tidak akan membiarkan kita terjatuh. Kalau pun kita sampai terjatuh, TANGANNYA akan merengkuh kita kembali sehingga kita tidak terhanyut dalam arus kehidupan

Selasa, 05 April 2016

Paku Yang Tertancap

Ini adalah kisah tentang seorang bapak yang memiliki anak yang memiliki sifat pemarah. Bahkan untuk hal-hal sepele, si anak mudah sekali terpancing amarahnya, tidak memandang tempat, waktu dan kepada setiap orang. Sang anak tidak lagi memiliki teman, tetangga mereka banyak yang mengeluh akan sifat anak tersebut. 

Sang ayah sangat mengkhawatirkan sifat sang anak yang kian hari semakin bertambah mudah marah, dan terus berpikir bagaimana cara mengubah sifat buruk anaknya tersebut. 

Suatu malam, sang ayah berbicara berdua dengan anaknya. Ia meminta anaknya untuk berjanji mau melakukan sesuatu untuknya. Setelah membujuk dan meminta dengan sangat sulit, akhirnya sang anak bersedia mengikuti keinginan sang ayah. 

Inilah permintaan sang ayah : Setiap kali anaknya marah, ia harus mengambil paku dan menancapkannya ke sebuat papan di belakang rumah mereka. 

Keesokan hari, sang anak mulai melakukan permintaan ayahnya. Ia menancapkan paku setiap kali ia marah. Banyak sekali paku yang tertancap. Ayah dan sang anak kaget, menyadari jumlah paku yang tertancap berarti sebegitu seringnya sang anak marah. 


Esok harinya sang anak mencoba menahan kemarahan, tetapi masih belum berkurang. 
Hari demi hari berlalu, sang anak belajar menahan kemarahan untuk dapat mengurangi jumlah paku yang tertancap di papan. Bukan hal yang mudah bagi si anak, tetapi ia berusaha untuk mengurangi jumlah paku yang tertancap. 

Suatu hari, sang anak berhasil menahan amarahnya, hari itu tidak ada satu pun paku yang harus ditancapkan olehnya. Dengan gembira sang anak berlari dan menceritakan hal tersebut kepada ayahnya. Bukannya pujian yang didapat, sang ayah malah memberi satu lagi permintaan. Hampir saja sang anak meledak amarahnya, karena kecewa ayahnya tidak merasa senang. Tetapi ia berhasil menahan amarahnya, karena tidak ingin merusak kegembiraannya karena hari itu tidak ada paku yang ditancapkannya. 

Inilah permintaan kedua sang ayah : Setiap kali sang anak merasa gembira, maka sang anak harus mencabut paku yang ditancapkannya itu. 

Sang anak mulai melakukan permintaan ayahnya. Perlahan-lahan paku-paku yang tadinya tertancap di papan pun dicabuti satu demi satu, seiring dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang dirasakan si anak. 

Akhirnya semua paku berhasil dicabut. 

Dengan gembira sang anak menceritakan kepada ayahnya bahwa sudah tidak ada lagi paku yang tertancap di papan. Kali ini ayahnya memeluknya dengan air mata berkaca-kaca, dan berkata kepada sang anak, 

“Masih ingatkah kamu ketika dulu sering marah, berapa banyak paku yang tertancap di papan di belakang rumah kita ?" 

Sang anak mengangguk. 

 "Sekarang paku-paku itu sudah tidak ada lagi pada papan itu, karena kamu tidak lagi marah dan berubah menjadi anak yang gembira. Sekarang, apa yang kamu lihat pada papan itu ?" kata ayahnya meminta anaknya untuk melihat papan yang sudah tidak ada pakunya lagi itu. 

"Banyak lubang bekas paku di papan itu," kata sang anak. 

"Betul, anakku. Ada begitu banyak lubang yang masih tersisa di papan itu, meski pakunya sudah tidak ada lagi. Demikian jugalah yang terjadi ketika kamu marah, kamu melukai hati orang lain. Meski kemudian kamu menyesali perbuatanmu itu dan meminta maaf, bekas luka hati itu tidak akan pernah kamu hapus sepanjang hidupnya. Mungkin luka itu sudah tidak lagi perih, itu tandanya ia memaafkanmu. Tetapi bekasnya tetap tersisa. Karenanya, jagalah kata-katamu, jagalah sikapmu agar tidak melukai perasaan hati orang lain. "


 ----------- 
Aristoteles Quotes : 
Anybody can become angry, that is easy. 
But to be angry to the right person, and to the right degree, at the right time and for the right purpose, and in the right way, that is not in everybody's power and is not easy 

Setiap orang dapat dengan mudah menjadi marah. Tetapi marah kepada orang yang tepat, dengan tingkat kemarahan yang sesuai, pada waktu yang tepat dan dengan tujuan yang benar dan dengan cara yang sesuai, tidak semua orang dapat melakukannya dengan mudah

Jumat, 08 Januari 2016

Salah Sangka

Seorang gadis muda sedang duduk menunggu penerbangannya, di ruang tunggu sebuah bandara yang super sibuk.  Karena harus menunggu berjam-jam, ia memutukan untuk membeli sebuah buku untuk menghabiskan waktunya.  Ia juga membeli sebungkus kue kering. Kemudian ia duduk di sebuah kursi bersandaran tangan di ruang VIP bandara tersebut dan mulai membaca  

Sambil membaca, si gadis mengambil kue yang terletak di sandaran tangan kursi tersebut.  Ketika ia mengambil kue pertama, seorang laki-laki yang duduk di kursi sebelahnya juga turut mengambil.  Si gadis merasa kesal, tetapi tidak berkata apa-apa.  Ia hanya berpikir dalam hatinya, "Lancang benar laki-laki ini.  Tidak sopan, berani sekali mengambil kue milik orang lain tanpa permisi !"

Untuk setiap kue yang diambil gadis itu, laki-laki di sampingnya turut mengambil satu.  Si gadi semakin marah, tetapi tidak berkata apa-apa karena tidak ingin membuat kegaduhan si ruangan tersebut.  

Ketika tinggal satu kue yang tersisa, si gadis berpikir, "Apa yang akan dilakukan laki-laki tidak sopan ini ?"

Laki-laki itu mengambil kue yang tersisa, dan membaginya dua, kemudian memberikannya separuh kepada gadis itu.

"Benar-benar keterlaluan, tidak tahu sopan santun !" 
Dengan marah si gadis menutup bukunya dan segera berdiri.  

Pesawat boarding, si gadis segera membawa barang-barangnya menjauh dari laki-laki itu.  
Sampai di pesawat, ia menyimpan kopernya di tempat penyimpanan dan segera duduk di kursinya. Ia mematikan telepon genggamnya dan memasukkan ke dalam tas.  
Alangkah terkejutnya ia ketika ia melihat sebungkus kue kering masih rapi tersimpan di dalam tasnya, kemasan masih dalam keadaan tertutup, tidak kurang sedikit pun.  

Betapa malunya gadis itu, ia segera menyadari kesalahannya. Ia lupa kalau ia tidak mengeluarkan dan tidak membuka kue itu sama sekali.  Kue yang ia makan tadi ternyata adalah kue laki-laki yang ia anggap tidak sopan, yang kepadanya sang gadis merasa kesal dan marah.  

Laki-laki tadi membagi kue kepadanya tanpa merasa marah dan kesal.  Beda sekali dengan sang gadis yang merasa marah karena terpaksa harus berbagi.  Tetapi sayangnya si gadis tidak dapat meminta maaf kepada laki-laki itu.  Mereka tidak berada di penerbangan yang sama.

Perenungan....

Terlalu mudah kita berprasangka buruk terhadap seseorang.  Seringkali kita tidak melihat lebih dalam alasan seseorang melakukan sesuatu karena sudah dipengaruhi prasangka buruk itu  

Ada 3 hal yang tidak dapat kembali
1.  Seperti batu yang dilontarkan, kata-kata yang sudah terucap tidak dapat ditarik kembali
2.  Waktu yang sudah berlalu tidak dapat kembali
3.  Kesempatan yang hilang tidak dapat diulang kembali.  Mungkin ada kesempatan-kesempatan lain, tetapi tidak akan persis sama seperti yang sudah hilang

Marilah menggunakan kata-kata dengan baik, karena kata-kata dapat lebih tajam dari pisau yang dapat merobek-robek hati dan perasaan seseorang
Marilah menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, bagi keluarga, sahabat, lingkungan dan sekeliling kita.  Supaya waktu yang berlalu tidak sia-sia dan tidak ada penyesalan yang muncul kemudian hari.  
Marilah bijak untuk melihat dan mengangkap kesempatan di depan, karena kita tidak tahu kapan lagi kesempatan baik akan datang, apakah lebih baik atau tidak akan muncul lagi.  

 

 

Sabtu, 12 Desember 2015

Bola Kehidupan

Bryan Dyson, mantan eksekutif Coca Cola pernah menyampaikan pidato yang sangat menarik. 

Pidato Bryan Dyson : -----------------------------------------

Bayangkan hidup seperti pemain akrobat dengan lima bola di udara.  Anda dapat memberi nama kepada bola-bola tersebut dengan sebutan :
* Pekerjaan
* Keluarga
* Kesehatan
* Sahabat
* Semangat

Sebagai pemain akrobat yang baik, Anda harus dapat menjaga semua bola tersebut tetap berada di udara dan jangan sampai ada satu pun yang terjatuh. 
Kalau Anda mengalami situasi yang mengharuskan untuk melepaskan salah satu dari antara lima bola tersebut, maka lepaskanlah bola PEKERJAAN, karena bola itu adalah BOLA KARET.  Pada saat Anda menjatuhkannya, maka suatu saat bola itu akan melambung kembali. 

Akan tetapi, empat bola lainnya, KELUARGA, KESEHATAN, SAHABAT dan SEMANGAT adalah BOLA KACA.  Jika sampai terjatuh, maka akibatnya akan fatal, PECAH. 

Demikianlah pidato Bryan Dyson ........................................................

Bryan Dyson mengajak kita untuk menyeimbangkan kehidupan kita. 
Pada kenyataannya, kita lebih menjaga BOLA KARET (PEKERJAAN) dibanding BOLA KACA.  Kita bahkan mengorbankan KELUARGA, KESEHATAN, SAHABAT dan SEMANGAT demi menyelamatkan PEKERJAAN.

Demi uang, meraih sukses dalam karir, kita menjadi workaholic dan mengabaikan keluarga dan kesehatan.  Kita juga rela menghancurkan hubungan baik dengan sahabat yang telah terbina bertahun-tahun.

Ingatlah, PEKERJAAN yang sempat hilang, akan dapat kita cari lagi bila kita mau berusaha sungguh-sungguh mengupayakannya. Akan tetapi, jika sampai kehilangan, KELUARGA, KESEHATAN, SAHABAT dan SEMANGAT, kita tidak dapat (sangat sulit sekali) untuk mendapatkannya kembali, dan hancurlah kehidupan kita.  

Berani Berubah - Belajar dari Nokia

Pada konperensi pers yang diadakan untuk mengumumkan secara resmi mundurnya Nokia dari panggung bisnis perangkat telekomunikasi dan menyampaikan bahwa Nokia telah diakuisisi Microsof, CEO Nokia saat itu, Jorma Ollila menyampaikan pernyataan terakhirnya, "Kami (Nokia) tidak melakukan sesuatu kesalahan, tetapi saya tidak mengerti mengapa kami (Nokia) kalah."
Ia tidak dapat menahan air matanya. Juga eksekutif Nokia lainnya tidak tahan untuk tidak menitikkan air mata. 

Selama puluhan tahun Nokia berjaya dan menjadi perusahaan yang mengagumkan karena mampu menguasai bisnis perangkat telekomunikasi dunia.  Nokia sudah menorehkan kejayaan dalam sejarah, tetapi mengapa tidak dapat bertahan ?
Nokia mungkin tidak melakukan kesalahan yang membuatnya kalah, tetapi Nokia tidak dapat menyesuaikan terhadap perubahan dunia yang sangat cepat.  Terlena dalam kejayaannya, Nokia tidak belajar dari sekelilingnya.  Pemain-pemain baru masuk dengan menawarkan inovasi-inovasi baru yang segar dan menarik.  Konsumen berubah cara pandang, berubah gaya hidup, berubah kebutuhan. Dunia berubah sangat cepat, sementara Nokia tidak dapat berlari mengejar. Tidak mampu berubah cepat mengikuti tuntutan jaman, akhirnya kehilangan banyak kesempatan.  Kehilangan kesempatan untuk memenangkan hati konsumen, kehilangan kesempatan untuk menghasilkan keuntungan besar, dan akhirnya kehilangan kesempatan untuk mampu bertahan dalam perang bisnis perangkat telekomunikasi.  Sisa-sisa kejayaan Nokia masih melekat dalam benak generasi lama, sementara generasi muda sekarang ini tidak lagi mengenal Nokia. 

Perenungan........

Setiap orang suka atau tidak, sesungguhnya pasti mengalami perubahan dalam hidupnya.  Dari bayi yang hanya dapat menangis bertumbuh menjadi anak, kemudian mengalami masa pubertas remaja, beranjak dewasa, menikah, memiliki anak, menjadi tua dan akhirnya kembali menghadap Sang Pencipta.  Sesungguhnya Tuhan mengaruniakan kepada setiap orang naluri alamiah dan kemampuan untuk segera beradaptasi terhadap perubahan. Jadi, sesungguhnya tidak alasan bagi kita untuk takut akan perubahan.  

Anak bayi dan anak yang masih kecil cenderung lebih mudah untuk beradaptasi terhadap perubahan karena ia masih lebih mengandalkan naluri alamiahnya.  Semakin bertambah umur, logika dan pikiran membuat orang lebih sulit berubah. 
Terkadang, semakin pintar seseorang semakin sulit untuk berubah, karena semakin banyak yang dipertimbangkan.  Logika berpikir terkadang memunculkan perasaan kuatir dan takut, sehingga enggan berubah karena tidak ingin keluar dari zona nyaman atau tidak berani mengambil resiko yang mungkin akan timbul, 

Berani berubah terkadang sangat dekat sekali dengan nekad.  Tetapi seharusnya tidak demikian.  Berani berubah berarti berani untuk mengambil kesempatan meski ada resiko yang akan timbul.

Berani berubah tidak hanya semata melihat diri sendiri, tetapi juga melihat perkembangan sekitar, sadar lingkungan. 







Jumat, 02 Oktober 2015

Bahagia dalam Kacamata yang Berbeda

Seorang penulis terkenal duduk di ruang kerjanya, ia mengambil pena dan mulai menulis.

"Tahun lalu, saya harus dioperasi untuk mengeluarkan batu empedu. Saya harus terbaring cukup lama di ranjang saya.  Di tahun yang sama saya berusia 60 tahun dan harus keluar dari pekerjaan di perusahaan percetakan yang begitu saya senangi dan sudah saya tekuni selama 30 tahun.  Di tahun yang sama pula saya ditinggalkan ayah yang tercinta.  Dan masih di tahun yang sama, anak saya gagal di ujian akhir kedokteran karena kecelakaan mobil.  Biaya bengkel akibat kerusakan mobil tersebut besar sekali, dan ini adalah bentuk kesialan lainnya di tahun itu."
Di bagian terakhir tulisannya, sang penulis menuliskan kalimat, "Sungguh, tahun lalu merupakan tahun yang sangat buruk dalam kehidupan saya !"

Istri sang penulis masuk ke dalam ruangan dan melihat sang suami sedang duduk termenung dengan wajah yang sangat sedih.  Ia menjadi penasaran dan bertanya dalam hati, ada apakah gerangan yang memberatkan pikiran suaminya.  Dengan perlahan ia menghampiri suaminya dari belakang dan mulai membaca tulisan tersebut.  Kemudian ia mundur dan keluar dari kamar.  

Tidak berapa lama sang istri datang lagi membawa selembar kertas yang berisi tulisan, dan memberikannya kepada suaminya.
Dengan wajah heran, sang suami membaca tulisan istrinya dan bertanya, "Apa ini ?"
Istrinya menjawab, " Baca sajalah dulu."
Sang suami membaca kertas bertuliskan hampir sehalaman penuh.

"Tahun lalu akhirnya saya berhasil menyingkirkan kantong empedu saya yang selama bertahun-tahun membuat perut saya sakit.Tahun lalu saya bersyukur bisa pensiun dengan kondisi yang sehat walafiat.  Sekarang saya bisa menggunakan waktu untuk menulis sesuatu dengan fokus yang lebih baik dan penuh kedamaian.  Pada tahun yang sama pula, ayah saya tercinta yang berusia 95 tahun, tanpa kondisi kritis menghadap Sang Pencipta. Dan masih di tahun yang sama, Tuhan memberkati anak saya dengan hidup baru. Mobil yang ia kendarai memang rusak berat akibat kecelakaan tersebut, tetapi anak saya selamat tanpa cacat sedikitpun."
Pada kalimat terakhir istri sang penulis menuliskan, "Tahun lalu adalah tahun dengan berkat Tuhan yang luar biasa dan kami bisa melaluinya dengan baik dan rasa takjub."


Sang penulis tersenyum memandang istrinya sambil berkaca-kaca.  Di dadanya mengalir rasa hangat dan penuh syukur.

Refleksi diri : 

Dalam kehidupan kita, ada banyak sekali keinginan, cita-cita dan harapan.  Ketika kemudian yang kita alami tidak seperti yang kita inginkan, impikan dan harapkan, kita menjadi kecewa dan merasa tidak beruntung, menderita dan merasa mengalami hal yang buruk.  

Padahal, bila kita memandang hidup dengan rasa syukur, semuanya akan terasa indah dan luar biasa.  
Dipan yang keras pun dapat membuat tidur nyenyak seperti tidur di 'spring bed' yang empuk
Makan hanya dengan nasi putih dan kecap tetapi dapat disantap dengan lahap.  
Bekerja dengan berkeringat dan berjerih lelah dapat memberi kepuasan.  

Setiap hari adalah hari yang baik
Setiap saat adalah saat yang indah.  
Berjalan, duduk dan berbaring adalah kebahagiaan hidup.
Kesulitan sebesar apa pun akan terasa wajar bagi jiwa yang penuh rasa syukur
Karena bukan kebahagiaan yang menjadikan kita bersyukur, tetapi rasa syukurlah yang membuat kita bahagia.
Jiwa yang pernuh rasa syukur akan berbahagia, bahkan di atas masalah

Jika tidak mampu bersyukur, semua yang baik dan indah menjadi buruk dan menyakitkan
Kemana pun kita pergi, terasa seperti penuh penderitaan
Tiada hari tanpa gelisah, tiada hari tanpa kejenuhan
Bukan hidup yang membuat kita jenuh, tetapi ketiadaan rasa syukur yang membuat semuanya terasa buruk dan menjenuhkan
Kesulitan sekecil apa pun akan terasa besar dan membuat kita selalu mengeluh.
Jiwa yang malas tetap tersesat meskipun sudah sampai
Jiwa yang tamak tetap mengeluh di atas kekayaan


 " Be Grateful for What You Have and Stop Complaining"


Kamis, 06 Agustus 2015

Kasih yang Tulus

Kisah ini diceritakan oleh seorang perawat di Rumah Sakit kecil.

Pagi itu klinik sangat sibuk. 
Sekitar pukul 09.30 seorang pria berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu jarinya. Saya menyiapkan berkasnya dan memintanya untuk menunggu sebentar, karena pagi itu semua dokter masih sibuk.  Mungkin ia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.
Ketika menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar ia melirik ke jam tangannya.  Sepertinya ia harus buru-buru.  

Karena merasa kasihan, ketika sudah tidak terlalu sibuk, saya sempatkan untuk memeriksa lukanya dan nampaknya cukup baik dan sudah mengering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, saya putuskan untuk melakukannya sendiri.
 

Sambil menangani lukanya, saya bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru, Lelaki tua itu menjawab bahwa ia hendak ke rumah jompo untuk makan siang bersama istrinya, seperti yang selama ini dilakukannya setiap hari.  Ia menceritakan bahwa istrinya sudah lama dirawat di sana karena mengidap penyakit ALZHEIMER.

Lalu saya bertanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat ?

Ia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mangenalinya sejak 5 tahun terakhir. 
Staying in Love

Saya sangat terkejut dan berkata, 
“ Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?“

Ia tersenyum sambil tangannya menepuk tangan saya dan berkata, 
"Istri saya memang tidak mengenali saya lagi, tetapi saya masih mengenali dia, kan ?"

Saya tertegun dan merasa terharu. 
Dengan menahan air mata saya menyelesaikan pekerjaan saya sampai kakek itu pergi. 

Kasih yang tulus menerima apa adanya, baik yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi dan yang tidak akan pernah terjadi. 
Kasih yang tulus tidak mencari kepentingan untuk diri sendiri, tidak menyimpan kesalahan orang lain dan sabar menanggung segala sesuatu

Mampukah kita mengasihi dengan tulus tanpa menuntut balasan kembali ?