Senin, 07 Oktober 2013

Si Tukang Kayu


Seorang tukang kayu tua bersiap untuk pensiun. Ia memberitahu pemilik perusahaan kontraktor tempatnya bekerja, mengenai keinginannya untuk meninggalkan pekerjaannya dan menikmati masa tuanya bersama istri dan keluarga besarnya. Ia menyadari akan kehilangan penghasilan bulanannya.  Tetapi ia merasa harus pensiun karena ia merasa sudah sangat lelah.

Pemiliki perusahaan merasa sedih kehilangan karyawannya yang baik dan bertanya apakah ia bersedia membangun satu rumah lagi untuknya sebagai permintaan pribadi. 


Si Tukang Kayu menyetujui permintaan pemilik perusahaan itu, tetapi karena hatinya sudah ingin segera berhenti bekerja, maka ia tidak mengerjakan proyek itu dengan sungguh-sungguh. Ia mengerjakn dengan asal-asalan dan menggunakan bahan yang sekedarnya saja.  Begitulah caranya dalam mengakhiri karirnya.

Akhirnya pekerjaan si Tukang Kayu selesai, dan sang Pemilik  datang meninjau rumah itu sambil membawa kunci rumah dan menyerahkannya kepada si Tukang Kayu.  

“Ini rumahmu, hadiah dari perusahaan,” sang Pemilik berkata.

Betapa kagetnya si Tukang Kayu. Ia malu sekali.  Seandainya saja ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya sendiri, tentulah ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.  Sekarang ia harus tinggal di rumah yang dibangunnya dengan asal-asalan. 
--------------
Refleksi diri
Demikian pula yang sering terjadi pada kehidupan kita.  Kita lebih memilih untuk bereaksi terhadap kehidupan dibanding menjalani kehidupan itu sendiri.  Tidak jarang kita berkeluh kesah dan bersungut-sungut dengan keadaan yang kita alami.  Akhirnya kita akan bertindak ala kadarnya, dan tidak melakukan usaha yang terbaik. Dan kemudian kita terkejut, melihat situasi yang sebenarnya kita ciptakan sendiri.  Kita mesti “tinggal” di “rumah” yang berkualitas rendah, padahal itu adalah rumah yang kita bangun sendiri.

Membangun rumah menggambarkan bagaimana kita menjalani kehidupan.   Kalau kita membangun rumah dengan sukacita dan antusias, kita akan melakukan yang terbaik untuk menghasilkan yang terbaik.  Kita akan memilih “bahan-bahan” yang terbaik dan membangun dengan sungguh-sungguh

Mari berpikir seperti Tukang Kayu yang baik yang akan membangun rumah dengan sungguh-sungguh.  Setiap hari ketika kita mengetukkan palu di atas paku, menempatkan papan-papan, dan mendirikan dinding-dinding rumah, mari berpikir bahwa kita sedang membangun rumah kita sendiri.  Dengan demikian kita akan melakukanny dengan sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh

Kehidupan kita sekarang adalah bagian dari apa yang kita lakukan kemarin, pilihan-pilihan yang sudah kita ambil di masa lalu. 
Kehidupan kita esok adalah bagian dari tindakan dan pilihan-pilihan yang kita buat hari ini. 

Mari membangun kehidupan kita dengan bijaksana. Hanya satu kali kehidupan ini akan kita bangun di dunia ini.  Lakukanlah dengan sungguh-sungguh dengan sepenuh hati.

Disadur dari kisah "The Builder"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar